Sabtu, 27 Oktober 2018

Esensi Mahasiswa

Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah universitas.
Esensi Mahasiswa :
           Esensi berarti dasar, inti, atau landasan yang mendasari. Sedangkan mahasiswa didenifisikan sebagai intelektual muda yang berwawasan luas dan memiliki prinsip serta idealisme yang tinggi. Bila digabungkan, Esensi mahasiswa bermakna landasan yang mendasari diri mahasiswa untuk mampu bersikap dan bertindak selayaknya seorang mahasiswa sejati.

Mahasiswa sejati memiliki esensi yang membuat dirinya pantas disebut sebagai seorang mahasiswa. Dalam hal bersikap, mahasiswa haruslah memiliki sikap :


1. Logis.
         Mahasiswa adalah intelektual yang berarti pengguna daya akal, maka hendaklah pola pikir dan perilaku mahasiswa juga berdasarkan atas logika dan asas rasionalitas (dapat diterima akal sehat). Mahasiswa harus terampil dalam berbicara, dan apa yang diucapkan benar-benar dapat dimengerti tanpa ada makna ambigu.
2. Mandiri dan bebas.
         Mahasiswa seharusnya bersikap secara mandiri yang artinya tidak bergantung dan tergantung dengan orang lain, atau dapat berpikir, mengerjakan sesuatu, dan melakukan tindakan sendiri. Bebas dalam arti tidak terbelenggu atau memiliki keterikatan secara mutlak dengan suatu apapun kecuali dengan prinsip hidupnya sendiri.
3. Kritis.
         Kritis dapat diartikan sebagai jeli dan teliti terhadap segala sesuatunya dan selalu ingin tahu. Jika dirasa terjadi penyimpangan atau tidak sesuai dengan logika, maka ia dapat menyangkal, menolak, dan memberikan saran serta solusi yang lebih baik, sebagai perbaikan atau koreksi. Dengan begitu, mahasiswa bisa membedakan hal yang benar dan hal yang salah.
4. Bertanggung jawab.
         Adalah kemauan dan kemampuan untuk mengetahui dan menanggung resiko atas segala hal yang dia perbuat, serta siap menindaklanjuti segala hasil dari pemikiran, perkataan, dan perbuatannya. Mahasiswa sudah dianggap dewasa, baik secara fisik maupun pikiran, maka sikap tanggung jawab wajib ada sebagai seorang yang dewasa.



Mahasiswa wajib menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai prinsip. Isi dari Tri Dharma antara lain : 1. Pendidikan dan Pengajaran.
2. Penelitian dan Pengembangan.
3. Pengabdian kepada Masyarakat.


Peran mahasiswa sangat penting, yaitu : 1. Agent of Change.
Memberi perubahan ke arah yang lebih baik pada lingkungan sekitarnya, baik dalam lingkup kecil, maupun lingkup yang lebih luas, dengan menjadi bagian dari perubahan tersebut.
2. Social control.
Mengetahui dan menyelesaikan isu-isu sosial yang sedang terjadi di lingkungan masyarakat, serta menyampaikan kebenaran atas isu yang tidak jelas kevalidannya tersebut.
3. Iron Stock.
Menjadi generasi penerus yang akan melanjutkan apa yang sudah dibangun oleh generasi pendahulu, dan membawanya ke arah yang lebih baik lagi.


Mahasiswa terbagi ke dalam beberapa kategori, antara lain : 1. Apatis.
Mahasiswa jenis ini memiliki sikap acuh terhadap lingkungan sosial di sekelilingnya. Ia tak peduli dengan apa yang terjadi pada dirinya, maupun orang lain. Mahasiswa jenis ini rawan DO (Drop Out), dikarenakan jarang mengikuti pembelajaran mata kuliah, UTS, UAS, maupun kegiatan kemahasiswaan.
2. Aktivis.
Mahasiswa jenis ini merupakan mahasiswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di kampus, mulai dari kuliah hingga keorganisasian. Mahasiswa jenis ini akan menjadi mahasiswa yang dikenal banyak orang, memiliki reputasi yang bagus sehingga memudahkannya lulus dengan cepat.
3. Akademis.
Mahasiswa jenis ini aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas kuliah, dan sering mengikuti lomba-lomba bidang akademis. Namun kebanyakan dari mereka tergolong pasif dalam kegiatan kemahasiswaan, karena lebih memprioritaskan akademisnya.
4. Kritis.
Mahasiswa jenis ini tergolong aktif dalam diskusi pembahasan suatu masalah, baik di dalam kelas, maupun di dalam organisasi. Mahasiswa kritis selalu mempertanyakan setiap perihal yang ia dengar, dan tidak langsung melakukan instruksi yang diberikan kepadanya. Ia memiliki pemikiran bahwa apapun yang ia terima harus diseleksi dahulu, dan dipertimbangkan logis tidaknya.


Mahasiswa dituntut untuk memiliki banyak ketrampilan, yaitu :
1. Hardskill (kemampuan di bidang akademis)
2. Softskill (kemampuan berorganisasi)
3. Selfskill (kemampuan memanajemen diri sendiri)


SUMPAH MAHASISWA INDONESIA!!!

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan...
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan...
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan...
Hidup mahasiswa! Hidup mahasiswa! Hidup rakyat!

Sabtu, 06 Oktober 2018

Management Konflik

Managemen Konflik
Narasumber : Annisa J

          konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
          manajemen konflik adalah Serangkaian dalam suatu konflik antara pelaku konflik atau pihak ketiga secara rasional dan seimbang dalam rangka pengendalian situasi dan kondisi perselisihan yang terjadi antara beberapa pihak.

Tahapan konflik:
1. Prokonflik
           periode dimana terdapat suatu ketidaksesuaian sasaran diantara dua belah pihak atau lebih, sehingga timbullah sebuah konflik.


2. Konfrontasi
           Pada tahap ini konflik terjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak yang merasa ada masalah mungkin pendukungnya mulai melakukan aksi demonstrative atau perilaku konfrotatif.


3. Krisis
           Merupakan puncak konflik, ketika ketegangan dan kekerasan terjadi. Komunikasi normal diantara kedua belah pihak kemungkinan terputus.


4. Akibat
           Suatu konflik pasti akan meninggalkan akibat, satu pihak mungkin menaklukkan pihak lain atau mungkin melakukan perlawanan.


5. Pasca konflik
           Situasi diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai macam konfrontasi, ketegangan berkurang dan hubungan mengarah pada situasi normal diantara kedua belah pihak. 




Macam – macam penyelesaian :
1. Rujuk
           Penyelesaian dengan cara baik – baik.
2. Persuasi
           Penyelesaian dengan cara mempengaruhi pihak yang terlibat.
3. Pemaksaan dan penekanan
           Apabila manajemen konflik tidak dapat dilakukan secara baik – baik, maka dilakukan pemaksaan dan penekanan.
4. Interversi
           manajemen konflik dengan cara campur tangan pihak ketiga. 



Strategi manajemen konflik :
  1. Pengenalan
  2. Diagnosis
  3. Menyepakati solusi
  4. Pelaksanaan
  5. Evaluasi


Fungsi dari manajemen konflik  :
  1. Evaluasi system
  2. Mengembangkan kompetensi




Tipe – tipe manajemen konflik : 

1. Avoiding
           gaya seseorang atau organisasi yang cenderung untuk menghindari terjadinya konflik. Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat mungkin dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka. 

2. Accomodating
           gaya ini mengumpulkan dan mengakomodasikan pendapat-pendapat dan kepentingan pihak-pihak yang terlibat konflik, selanjutnya dicari jalan keluarnya dengan tetap mengutamakan kepentingan pihak lain atas dasar masukan-masukan yang diperoleh.

3. Compromising
           merupakan gaya menyelesaikan konflik dengan cara melakukan negosiasi terhadap pihak-pihak yang berkonflik, sehingga kemudian menghasilkan solusi (jalan tengah) atas konflik yang sama-sama memuaskan (lose-lose solution). 

4. Competing
           artinya pihak-pihak yang berkonflik saling bersaing untuk memenangkan konflik, dan pada akhirnya harus ada pihak yang dikorbankan (dikalahkan) kepentingannya demi tercapainya kepentingan pihak lain yang lebih kuat atau yang lebih berkuasa (win-lose solution). 

5. Collaborating
           dengan cara ini pihak-pihak yang saling bertentangan akan sama-sama memperoleh hasil yang memuaskan, karena mereka justru bekerja sama secara sinergis dalam menyelesaikan persoalan, dengan tetap menghargai kepentingan pihak lain. Singkatnya, kepentingan kedua pihak tercapai (menghasilkan win-win solution). 

6. Conglomeration (mixtured type)
           cara ini menggunakan kelima style bersama-sama dalam penyelesaian konflik